Selasa, 24 April 2012

Sekolah Alam Ranah Minang


 Di atas tenah seluas 600 mitu, terlihat empat orang anak rata-rata berusia di bawah empat tahun tengah asyiknya berkejaran kesana kemari. Mereka terlihat riang dengan tawa yang mereka hasilkan. Sesekali mereka pun terlihat serius berbicara satu sama lain seperti halnya orang dewasa. Dengan pepohonan hijau yang berada di sekelilingnya seakan menjadi tempat kondusif bagi mereka untuk bermain. Tak ada yang menyangka kalau sekiranya mereka adalah siswa Sekolah Alam Ranah Minang.
Tepat berada di pintu masuk halaman sekolah itu, pada spanduk berukuran 2x1 meter tertulis: “Welcome to Sekolah Alam Ranah Minang.” Di bawah tulisan tersebut dilanjutkan dengan “Bergandengan Tangan Membina Generasi Rabbani, Mari Belajar Bersama Alam.” Tulisan pada spanduk ini menegaskan bahwa tempat yang layaknya seperti arena bermain itu adalah sekolah.
Tepat berada di tengah-tengah halaman tersebut, terdapat bangunan seperti halnya pondok kecil berukuran 4x6 m2 dengan tiang bangunan terbuat dari kayu Banio, atap dari daun Rumbia, lantai dan dinding dari Bambu. Tak seperti sekolah pada umunya, sekolah yang berada di Jalan Linggar Jati VI No. 25 C Tabing, Padang ini hanya memiliki satu pondok sebagai bangunan induk.

Kekhasan pondok yang disebut sebagai bangunan induk pada sekolah tersebut juga dihiasi dengan gantungan angka-angka, huruf hijaiyah dan alphabet yang digantungkan di tiang pada langit-langit pondok tersebut. Gantungan tersebut tak hanya sebatas pajangan. “Ini salah satu media pembelajaran agar anak-anak bisa berhitung dan membaca,” tutur salah seorang guru pada Sekolah Alam itu, Cici Paramita Sari, Jumat (7/10).
     Pada tiang sebelah kiri dari bangunan tersebut, terdapat kentongan berwarna merah, kuning dan hijau beserta kayu dengan panjang 30 cm sebagai alat untuk memukul kentongan tersebut. Ketika kentongan itu dibunyikan, siswa diminta untuk mendengarkan dan menghitung berapa kali kentongan itu dibunyikan. “Dengan kegiatan seperti ini siswa diajak untuk belajar mengingat warna dan mengetahui berbagai macam jenis warna,” ujar Leni Susanti yang juga mengajar di sana, Jumat (7/10).
     Melirik ke arah samping kanan dari bangunan induk, terdapat kebun jagung kecil ditanam langsung oleh siswa. Kebun itu menambah ciri khas sekolah alam tersebut. Sebuah gudang tempat penyimpanan alat-alat setelah siswa usai belajar juga berdiri di pojok sebelah kanan area sekolah. Tak luput dari pandangan, kolam kecil beserta jembatan yang terbuat dari sebatang kayu juga terdapat di area bermain sekolah. “Ini semua kita lakukan supaya anak-anak bisa berinteraksi dan melestarikan alam,” tutur Leni.
     Kehadiran Sekolah Alam Ranah Minang tidak muncul begitu saja. Berkat kegigihan Leni Susanti mahasiswa Pendidikan Luar Biasa UNP TM 2008 dan Silvia Novia Indra mahasiswa  Pendidikan Biologi UNP TM 2007, akhirnya mereka bisa membantu anak-anak ekonomi rendah untuk mengenyam pendidikan. Sekolah yang didirikan tanggal 9 Maret 2011 itu sudah mempunyai 17 siswa dengan umur antara 2.5-4 tahun. “Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rahmiyati, S. Pd., selaku Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini Asrama Haji Tabing Padang yang memberikan dukungan,” ungkap Leni. Leni beserta Silvia mengaku senang akhirnya bisa mendirikan sekolah Alam Minangkabau meski banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Leni mengatakan lahan yang mereka jadikan sebagai sekolah itu adalah pinjaman dari salah satu warga Tabing. “Kita dapat pinjaman tanah hingga tanah ini akan digunakan nantinya,” ungkapnya Jumat (7/10).
     Untuk membeli bahan bangunan mereka membuat proposal bantuan dana kepada para donator. Tak ayal, mereka juga menjual laptop dan handphone untuk menambah kekurangan bahan bangunan sekolah tersebut. Tak hanya itu, mereka pun harus ke Payakumbuh hanya untuk mencari bambu.  “Itu semua kami lakukan karena tekad yang kuat untuk mendirikan sekolah ini,” tutur Leni.
     Kurikulum yang dipakai oleh Sekolah Alam Ranah Minang ini adalah dinul Islam, bahasa, kognitif dan pra-akademik, seni dan daya cipta, sains, pendidikan jasmani, pendidikan lingkungan, perkebunan serta outbound. Perpaduan kurikulum dari pemerintah dengan alam akan menjadikan siswa mengerti akan perlunya alam untuk dijaga dan diletarikan. “Kurikulum itu dirancang sedemikian rupa demi terwujudnya siswa yang cinta alam dan peduli akan lingkungan,” ujar Leni. Hingga saat ini, sekolah yang hanya buka hari Senin, Rabu dan Jumat sudah memiliki tujuh tenaga pengajar yang semuanya berasal dari UNP.

http://www.ganto.web.id/index.php?mod=artikel&kat=&id=211&judul=sekolah-alam-ranah-minang.html

0 komentar:

Posting Komentar