Selasa, 24 April 2012

Dibalik Kegagahan Sahabatku. Merapi


Judul                : Anak-Anak Merapi 2
Penulis             : Bambang Joko Susilo
Penerbit           : Republika
Cetakan           : Juli 2011
Tebal               : X + 227 Halaman
Nyaman, damai dan bersahabat, itulah yang dirasakan penduduk sekitar terhadap Gunung Merapi. Selain udaranya yang sejuk, ia juga menjadi tempat bagi para penduduk untuk mencari nafkah. Mereka memanfaatkan kesuburan tanah merapi dengan berkebun salak pondoh yang selama ini memberikan penghasilan yang cukup bagi mereka. Tak hanya itu, Merapi juga menjadi perhiasan bagi daerah yang ada disekitarnya.
Namun, persahabatan itu telah disulap menjadi genangan air mata ketika Merapi tak lagi bisa diajak berkompromi. November 2010 lalu merupakan masa paling pedih yang dirasakan sahabat-sahabat merapi yang senantiasa tidur di kaki dan lerengnya. Kenapa tidak, kali ini disaat mata mulai terpejam, tubuhnya yang besar menggeliat membuat bumi di sekitarnya ikut bergetar. Mulutnya menganga besar mengeluarkan gumpalan awan hitam yang disusul luapan lahar panas. Luapan yang disebut masyarakat wedhus gembel itu menyapu perkampungan dan membuat tak ada yang bersisa.
Ratusan orang meninggal dunia, ratusan mengalami luka-luka, dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Mereka kehilangan anggota keluarga, rumah, hewan ternak dan harta benda lainnya. Jeritan pilu mengema dimana-mana, menyisakan kepedihan mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia. Terlebih lagi menyaksikan anak-anak yang menangis histeris karena kehilangan orang tuanya dan orang tua yang kehilangan anaknya. Mereka itu adalah warga Umbulharjo yang persis berada di bawah gunung merapi.

Salah satu saksi kemarahan merapi ini adalah Pak Widodo, beserta istri dan 3 orang anaknya Yudhistira, Bimo serta Jono. Saat terjadi letusan mereka mencoba untuk menyelamatkan diri dan menjauh dari kaki merapi. Istri dan 3 anak pak widodo menaiki truk bersama-sama dengan penduduk lainnya tapi tidak dengan Pak Widodo. Ia menggunakan sepeda motor nekat memutar balik arak ke arah puncak merapi untuk menjemput Mbah Kakung dan Mbah Putri.
Kenekatan Pak Widodo menimbulkan keresahan bagi istri dan 3 anaknya. Mengapa tidak, wedhus gembel yang sangat ditakuti akan menyapu apapun yang ia lalui. Keresahan ini makin menjadi-jadi setelah mereka sampai di pengungsian dan beberapa hari setelah malam itu Pak Widodo tidak juga menampakkan batang hidungnya. Hingga akhirnya anak-anak Pak Widodo lah yang memutuskan untuk mencari dimana keberadaan ayahnya. Dengan gaya penceritaan penulis, perjuangan “ Anak-anak Merapi “ ini dalam menemukan ayahnya seakan membawa pembaca pada situasi yang dialami tokoh-tokoh dalam novel. Rasa gundah dan pikiran yang berkecamuk hingga Pak Widodo ditemukan turut mengiringi perjalanan mereka.
Cerita mengalir begitu indah. Pembaca bisa merasakan bagaimana keadaan yang dialami anak-anak dan warga yang berdiam seputaran gunung merapi. Novel karangan Bambang Joko Susilo ini lahir karena adanya kecintaan dan empati penulis pada anak-anak, khususnya mereka para korban amukan merapi. Penulis mengangkat cerita dari kisah nyata yang dialami oleh penduduk seputaran gunung merapi. Dengan segala kemampuan yang dimiliki penulis ia barusaha untuk menyajikan cerita yang bermanfaat bagi pembaca.
Banyak pesan moral yang terdapat di dalam novel ini. Salah satu diantaranya adalah penulis yang mengimbau para pembaca untuk selalu berserah diri pada Allah SWT dan semua yang ada adalah miliknya. Selain itu, novel ini mendidik bagaimana hubungan yang harus dilakukan oleh manusia dengan alam. Bagaimana anak-anak belajar berbagi dan berempati dengan sesamanya. Serta bagaimana bersikap dalam menerima cobaan dari Tuhan.

http://www.ganto.web.id/index.php?mod=artikel&kat=&id=252&judul=dibalik-kegagahan-sahabatku-merapi.html

0 komentar:

Posting Komentar